BISSMILLAHIRAHMANIRRAHIM

FILOSOFI
KOPI (Dee Lestari)
Assalamu’alaikum WR.WB ini adalah resensi buku ke-10 yang saya baca dengan judul Filosofi Kopi karangan Kak. Dee
Lestari. Buku ini terdiri 18 cerpen dan prosa yang ditulis oleh Kak. Dee. Seusai
saya membaca buku ini saya mengetahui banyak pesan moral, kalimat di buku ini
sangat mudah dipahami bagi remaja seperti saya. Buku ini cocok untuk semua
kalangan.
1.
Keterangan
buku:
·
Judul
buku: Filosofi Kopi
·
Penulis:
Dee Lestari
·
Penerbit:
Trudee Books dan Gagas Media
·
Jumlah
halaman: 134
halaman
2.
Pemikiran
saya:
Saya suka sama buku ini sangat menarik,
tidak ketebak. Memang buku-buku karangan Kak. Dee itu bagus-bagus. Banyak
nasihat-nasihat terdapat dalam buku ini, kata-kata menarik pun tersebar banyak
di dalam buku ini. Salah satu kalimat yang saya sukai “Walau tak ada yang
sempurna, hidup ini indah begini adanya”.
3. Resensi:
Buku ini menceritakan dua orang pemuda
bernama Ben dan Jody yang memulai usaha kedai kopinya. Usaha dan kegigijan
membuat kedainya menjadi incaran para pecinta kopi dari berbagai penjuru
daerah. Ben yang bertugas sebagai peramu kopi sangat tergila-gila pada kpi, dan
ia yakin bahwa setiap jenis kopi memiliki filosofi tersendiri.
Maka dari itu, ia yang telah menjelajahi
semua jenis kopi dari berbagai negara, membuat filosofi untuk setiap kopi
racikannya. Kedai kopi milik Ben dan Jody bernama “Filosofi Kopi” ben membuat
kartu kecil yang dibagikan kepada setiap pengunjung yang habis meminum kopi
yang bertuliskan nama kopi yang diminum dan keterangan filosofinya. Suatu hari
datang seorang pria pecinta kopi yang memberikan tantangan kepada Ben untuk
menciptakan “kopi yang apabila diminum akan membuat peminumnya menahan nafas
dan hanya bisa berkata: hidup ini sempurna”
Apabila Ben dapat menciptakan kopi
se-sempurna sesuai permintaannya, maka ia akan memberikan uang sebesar 50 JT
kepada Ben. Ben yang ambisius tentu saja menerima tantangan tersebut. Kerja
kerasnya selama beberapa minggu berhasil. Kemudian Ben menamai kopi tersebut “Ben’s
Perfecto”. Pagi-pagi sekali Ben menelepon penantangnya dan akhirnya ia datang,
setelah beberapa saat seusai menyeruput ia berkata “hidup ini sempurna”
kemudian pria itu memberikan selembar cek.
Minuman tersebut menjadi menu favorit
semua pengunjung, sehingga keuntungan Ben dan Jody meningkat. Di suatu pagi
datanglah seorang pengunjung baru ke Kedai Ben dan Jody. Mereka langsung
menyambutnya dan merekomendasikan Ben’s Perfecto kepada pengunjung baru itu, ia
pun setuju. Dalam waktu singkat Ben menyuguhkan secangkir kopi. Lalu ia
menanyakan pendapat pengunjung itu mengenai kopi itu, ia menjawab “lumayan”
dibanding kopi yang saya cicipi di Jawa Tengah.
Ben mulai terusik kaget. Dan menjelaskan
kepada pengunjung itu bahwa kopi yang ia minum adalah kopi terenak di Dunia.
Ben dan Jody memutuskan untuk langsung menuju lokasi tersebut dan mereka
menemukan secangkir kopi Tiwus yang disuguhkan oleh pemilik warung di tempat
dengan ketinggian seperti ini bukan tempat yang ideal untuk menanam kopi pikir
Ben. Ben dan Jody meminum kopi teresebut tanpa bicara sedikitpun.
Kopi tersebut memiliki rasa yang jauh
lebih sempurna dibandingkan Ben’s Perfecto. Ben merasa gagal ia kembali ke
Jakarta dan putus asa. Untuk menghibur temannya, Jody kembali menemui pemilik
warung tersebut dan sepulangnya dari sana, ia menghidangkan Ben segelas kopi
Tiwus. Bersamaan dengan kopi tersebut, Jody memberikan sebuah kartu bertuliskan
“Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya”
Pada akhirnya Ben sadar bahwa hidup ini
tidak ada yang sempurna. Semangat Ben pun kembali tumbuh dan melanjutkan
perjuangan serta hobinya di Kedai Filosofi Kopi nya.
Sekian resensi dari buku ke-10 yang saya baca. Bisa dilihat di blog
saya.
Delziba Zahra
IX Quraish Shihab
Resensi
buku ke-10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar