Minggu, 04 Maret 2018

inii resensi buku ke-10 nih

BISSMILLAHIRAHMANIRRAHIM

Gambar terkait

FILOSOFI KOPI (Dee Lestari)
            Assalamu’alaikum WR.WB ini adalah resensi buku ke-10 yang saya baca dengan judul Filosofi Kopi karangan Kak. Dee Lestari. Buku ini terdiri 18 cerpen dan prosa yang ditulis oleh Kak. Dee. Seusai saya membaca buku ini saya mengetahui banyak pesan moral, kalimat di buku ini sangat mudah dipahami bagi remaja seperti saya. Buku ini cocok untuk semua kalangan.
1.     Keterangan buku:
·         Judul buku: Filosofi Kopi
·         Penulis: Dee Lestari
·         Penerbit: Trudee Books dan Gagas Media
·         Jumlah halaman: 134 halaman
2.     Pemikiran saya:
Saya suka sama buku ini sangat menarik, tidak ketebak. Memang buku-buku karangan Kak. Dee itu bagus-bagus. Banyak nasihat-nasihat terdapat dalam buku ini, kata-kata menarik pun tersebar banyak di dalam buku ini. Salah satu kalimat yang saya sukai “Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya”.
3.     Resensi:
Buku ini menceritakan dua orang pemuda bernama Ben dan Jody yang memulai usaha kedai kopinya. Usaha dan kegigijan membuat kedainya menjadi incaran para pecinta kopi dari berbagai penjuru daerah. Ben yang bertugas sebagai peramu kopi sangat tergila-gila pada kpi, dan ia yakin bahwa setiap jenis kopi memiliki filosofi tersendiri.
Maka dari itu, ia yang telah menjelajahi semua jenis kopi dari berbagai negara, membuat filosofi untuk setiap kopi racikannya. Kedai kopi milik Ben dan Jody bernama “Filosofi Kopi” ben membuat kartu kecil yang dibagikan kepada setiap pengunjung yang habis meminum kopi yang bertuliskan nama kopi yang diminum dan keterangan filosofinya. Suatu hari datang seorang pria pecinta kopi yang memberikan tantangan kepada Ben untuk menciptakan “kopi yang apabila diminum akan membuat peminumnya menahan nafas dan hanya bisa berkata: hidup ini sempurna”
Apabila Ben dapat menciptakan kopi se-sempurna sesuai permintaannya, maka ia akan memberikan uang sebesar 50 JT kepada Ben. Ben yang ambisius tentu saja menerima tantangan tersebut. Kerja kerasnya selama beberapa minggu berhasil. Kemudian Ben menamai kopi tersebut “Ben’s Perfecto”. Pagi-pagi sekali Ben menelepon penantangnya dan akhirnya ia datang, setelah beberapa saat seusai menyeruput ia berkata “hidup ini sempurna” kemudian pria itu memberikan selembar cek.
Minuman tersebut menjadi menu favorit semua pengunjung, sehingga keuntungan Ben dan Jody meningkat. Di suatu pagi datanglah seorang pengunjung baru ke Kedai Ben dan Jody. Mereka langsung menyambutnya dan merekomendasikan Ben’s Perfecto kepada pengunjung baru itu, ia pun setuju. Dalam waktu singkat Ben menyuguhkan secangkir kopi. Lalu ia menanyakan pendapat pengunjung itu mengenai kopi itu, ia menjawab “lumayan” dibanding kopi yang saya cicipi di Jawa Tengah.
Ben mulai terusik kaget. Dan menjelaskan kepada pengunjung itu bahwa kopi yang ia minum adalah kopi terenak di Dunia. Ben dan Jody memutuskan untuk langsung menuju lokasi tersebut dan mereka menemukan secangkir kopi Tiwus yang disuguhkan oleh pemilik warung di tempat dengan ketinggian seperti ini bukan tempat yang ideal untuk menanam kopi pikir Ben. Ben dan Jody meminum kopi teresebut tanpa bicara sedikitpun.
Kopi tersebut memiliki rasa yang jauh lebih sempurna dibandingkan Ben’s Perfecto. Ben merasa gagal ia kembali ke Jakarta dan putus asa. Untuk menghibur temannya, Jody kembali menemui pemilik warung tersebut dan sepulangnya dari sana, ia menghidangkan Ben segelas kopi Tiwus. Bersamaan dengan kopi tersebut, Jody memberikan sebuah kartu bertuliskan “Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya”
Pada akhirnya Ben sadar bahwa hidup ini tidak ada yang sempurna. Semangat Ben pun kembali tumbuh dan melanjutkan perjuangan serta hobinya di Kedai Filosofi Kopi nya.
Sekian resensi dari buku ke-10 yang saya baca. Bisa dilihat di blog saya.
Delziba Zahra
IX Quraish Shihab

Resensi buku ke-10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar