selamat membaca...

HAFALAN SHOLAT DELISA (Tere Liye)
Assalamu’alaikum
WR.WB ini adalah resensi buku ke-11 yang saya baca dengan
judul Hafalan Sholat Delisa karangan kak. Tere Liye. Buku ini sangat menyentuh hati, saya bisa menangis saat saya
membaca akhir ceritanya.
1.
Keterangan buku:
·
Judul buku: Hafalan
Sholat Delisa
·
Penulis: Tere Liye
·
Penerbit: Republika
·
Jumlah halaman: 248 halaman
2.
Pemikiran saya:
Menurut
saya buku ini sangat keren dan bagus, penulis mengajak kita untuk ikut
merasakan saat di terjang badai tsunami kala itu. Tetapi menurut saya isi dan
judul nya terlalu tersebar luas. Judulnya
yang hanya Hafalan Sholat Delisa tetapi isi nya terdapat saat Delisa berkumpul
bersama keluarganya, saat bantuan datang, saat ayahnya merawat Delisa, dll.
Tetapi buku ini bahasa nya sangat mudah dimengerti oleh pembaca. Tetapi ada
beberapa kalimat yang kurang dimengerti oleh pembaca seperti ayat-ayat
Al-Quran, bahasa daerah.
Pada tanggal 26 Desember 2004, itu ternyata adalah hari
aqiqah saya, di Aceh terjadi badai tsunami di rumah saya terjadi Aqiqah,
hehehe.
3. Resensi:
Novel ini menceritakan tentang seorang gadis berusia 6
tahun yang sedang berusaha menghafalkan bacaan sholat pada saat sebelum terjadinya
tsunami besar di Aceh. Banyak sekali kejadian menarik namun penuh makna dan
nasihat untuk kita semua. Anak itu bernama Delisa ia adalah anak yang polos. Ia
adalah anak bungsu dari empat saudaranya, Cut Fathimah, Cut Zahra, dan Cut
Aisyah mereka tinggal di Aceh, abinya bekerja menjadi teknisi kapal. Mereka
tinggal bersama umi mereka.
Delisa dan teman-temannya mendapatkan tugas dari ibu Guru
Nur untuk menghafalkan bacaan sholat yang akan disetorkan pada tanggal 26
Desember 2004. Uminya berjanji akan memberikan sebuah kalung emas berliontin D
untuknya. Pagi itu hari minggu tanggal 26 Desember 2004 Delisa mempraktikkan
hafalan sholatnya di dalam kelas, tiba-tiba Gempa bumi berkuatan 8,9 SR yang
disertai tsunami melanda bumi Aceh.
Seketika keadaan berubah tetapi Delisa tetap melanjutkan
sholatnya karena ia ingin bisa sholat sempurna kala itu. Ketika hendak sujud
air itu telah menghanyutkan semua yang ada, menghempaskan Delisa kemana-kemari.
Delisa kehilangan keluarganya. Suatu hari ia ditemukan oleh prajurit Smith.
Delisa tidak sadarkan diri, setelah beberapa hari ia sadar kakinya harus
diamputasi. Delisa menerima itu semua tanpa mengeluh luka jahitan dan lebam di
sekujur tubuhnya. Abinya datang untuk melihat keadaan keluarganya.
Beberapa bulan kemudian Delisa sudah menerima keadaan
nya. Ia tinggal di pengungsian hanya bersama dengan abinya, mereka yang tinggal
di pengungsian itu adaah korban tsunami yang kehilangan keluarganya. Delisa
masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh tenaga sukarelawan. Delisa
ingin mengahafalkan hafalan sholatnya, akan tetapi susah tampak lebih rumit
dari kemarin. Akhir dari novel ini, Delisa bisa menghafalkan kembali hafalan
sholatnya. Sebelumnya malam itu Delisa bermimpi bertemu dengan uminya yang
menunjukkan kalung D itu dan menyuruhnya untuk menyelesaikan hafalan sholatnya.
Delisa mampu melakukan sholat asharnya dengan sempurna
untuk pertama kali dalam hidupnya, tanpa ada yang terlupa maupun yang tertukar.
Hafalan sholat itu karena Allah bukan karena kalung dan sepeda. Suatu hari ia
sedang mencuci tangan di tepian sungai, Delisa melihat ada pantulan cahaya. Ia
mendekati nya ia melihat sebuah kalung D untuk Delisa dalam genggaan tangan
manusia yang tinggal tulang belulang. Ternyata itu adalah tangan milik Umi
Delisa. Delisa sangat terkejut
Sekian resensi buku
ke-11 yang saya baca. Bisa dilihat di blog saya. Alamat blog: delzibazahra.blospot.com
Delziba Zahra
IX Quraish Shihab
Resensi buku ke-11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar