BISSMILLAHIRAHMANIRRAHIM

MADRE
(Dee Lestari)
Assalamu’alaikum WR.WB ini adalah resensi buku ke-9 yang saya baca dengan judul Madre karangan kak. Dee Lestari, yang akrab disapa kak. Dee. Buku
ini terdiri dari 13 karya fiksi dan prosa pendek. Resensi buku selanjutnya
adalah buku Filosofi Kopi yaa
1.
Keterangan
buku:
·
Judul
buku: Madre
·
Penulis:
Dee Lestari
·
Penerbit:
Bentang Pustaka
·
Jumlah
halaman: 160 halaman
2.
Pemikiran
saya:
Sebelum saya membaca buku ini saya fikir
buku ini tidak menarik. Saya fikir Madre adalah sebuah istilah tersendiri,
setelah saya membaca buku ini ternyata Madre adalah sebuah adonan roti warisan
dari keluarganya. Buku ini cukup menarik, hanya menceritakan sebuah adonan saja
bisa menjadi sebuah buku. Kelemahan buku ini terlalu memasukkan banyak kata
istilah yang tak penting untuk diketahui.
3. Resensi:
Madre adalah sebuah adonan biang roti yang
sudah berumur puluhan tahun, yang terbuat dari tepung, air, fungi yang bernama Saccharomyses Exiguus dan bakteri. Cerita
pertama di dalam buku ini adalah cerita mengenai Madre. Berawal dari laki-laki
bernama Tansen Roy Wuisan seorang pemuda berambut gimbal dan berkulit gelap
memiliki sedikit darah Tionghoa dan India yang merupakan seorang surfing.
Suatu hari ia mengetahui asal-usul
keluarganya yang ternyata mewarisi ia sebuah adonan biang roti yang bernama
Madre. Kakek dan nenek Tansen bernama Tan Sie Gie dan Laksmhie adalah pembuat
roti terkenal pada zamannya. Kakek dan nenek Tansen membuka usaha toko roti
dengan nama “Tan de Bakker” yang berdiri tahun 1943 di Jakarta Kota.
Seiring bermunculan toko roti lainnya,
toko roti Tan pelan-pelan tenggelam disebabkan tak memiliki omset. Pada
akhirnya kakek Tan Sie Gie dan nenek Laksmhie meninggal. Tansen mendapatkan
kabar tersebut dan mengetahui bahwa ia akan mendapatkan warisan Madre. Tansen
pun yang awalnya tinggal di Bali lalu pergi ke Jakarta untuk menghadiri makam
kakek dan nenek nya dan menginginkan warisan itu.
Tansen diberikan alamat rumah pak Hadi
oleh seseorang yang datang ke pemakaman. Ketika mengetahui yang ia dapatkan
hanya setoples adonan biang roti Tansen enggan untuk mengurus warisan tersebut.
Pak Hadi adalah seorang mantan pembuat roti di toko roti “Tan de Bakker” yang
mengatakan jika Madre hanya bisa diturunkan pada seseorang yang memiliki
hubungan langsung oleh kakek dan neneknya yang ternyata adalah Tansen.
Akhirnya, Tansen menginginkan untuk
tinggal di Tan de Bakker, ia diajarkan oleh pak Hadi bagaimana membuat roti
dengan biang Madre. Semua pengalamannya di Tan de Bakker Tansen menuliskan
pengalamannya di blog milik Tansen. Cerita tentang membuat roti dengan Madre
yang ia tulis di blognya. Ia berkenalan dengan seorang perempuan bernama Mei
Tanuwidjaja yang ternyata adalah penggemar blog Tansen.
Mei juga memiliki usaha roti yang bermama
“Fairy Bread” yang sudah tiga generasi diurus oleh keluarga Mei. Mei tertarik
untuk mencicipi roti yang terbuat dari Madre dan berniat ingin membeli resep
Madre, tetapi Tansen menolak untuk menjual Madre. Walaupun Tansen menolak, Mei
tidak putus asa ia merayu Tansen untuk menjual Madre, Mei menawarkan 100 juta
untuk membeli Madre. Tansen merasa tergiur dengan tawaran Mei, karena ia
berpikir jika dirinya tidak pandaimenolah roti jadi lebih baik Madre dijual
kepada orang yang tepat seperti Mei.
Pak Hadi yang sudah puluhan tahun bekerja
tidak rela untuk menjual Madre. Akhirnya pun Tansen tidak jadi menjual Madre
kepada Mei, karena Tansen mengetahui betapa berharganya Madre tidak hanya untuk
untuk pak Hadi saja tetapi juga untuk keempat orang keluarga Tan de Bakker
yakni Bu Sum, Bi Cory, Bu Dedeh, dan Pak Joko yang sudah bekerja bertahun-tahun
di Tan de Bakker
Akhirnya, Tansen menjalin kerjasama dengan
Mei. Singkat cerita Fairy Bread bergabung dengan Tan de Bakker. Kini Tan de
Bakker berubah menjadi Tansen de Bakker berarti Tansen si pembuat roti.
Sekian resensi dari buku ke-9 yang saya baca. Bisa dilihat di blog
saya.
Delziba Zahra
IX Quraish Shihab
Resensi
buku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar