Minggu, 18 Februari 2018

buku resensi yang ke 4

BISSMILLAHIRRAHMANIRAHIM

Hasil gambar untuk rumah tanpa jendela
Rumah Tanpa Jendela (Asma Nadia)
            Assalamu’alaikum WR.WB ini adalah resensi buku ke-4 yang saya baca dengan judul Rumah Tanpa Jendela karangan kak. Asma Nadia. Buku ini terdiri dari 4 bab.
1.     Keterangan buku:
·         Judul buku: Rumah Tanpa Jendela
·         Penulis: Asma Nadia
·         Penerbit: PT. Kompas Media Nusantara
·         Jumlah halaman: 
2.     Pemikiran saya:
Saya sudah menonton film Rumah Tanpa Jendela di TV, saya sangat suka dengan film nya karena mengarjakan kita arti bersyukur, dan menghormati orang tua. Akhirnya saya mencoba membaca buku nya. Tidak ada banyak perbedaan dari buku ke film.
3.     Resensi:
Buku ini adalah buku ke  karya Asma Nadia. Rara adalah gadis kecil berusia 8 tahun, Rara sangat ingin mempunyai jendela di rumahnya yang kecil berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung tinggal di Menteng Pulo, Jakarta. Nenek tinggal dengan ayahnya dan juga si Mbok. Si mbok adalah nenek Rara yang sudah sakit-sakitan dan ayahnya bernama Raga yang berjualan ikan hias keliling yang didorongnya melalui gerobak, ayahnya pun juga menjadi tukang sol sepatu.
Ayahnya sangat ingin membelikan Rara sebuah jendela tapi ia tak memiliki jumlah uang yang cukup. Ayahnya hanya bisa menggambarkan sebuah jendela dari tripleks bekas yang selau dilihat oleh Rara di pagi hari. Rara juga punya Bude, yaitu Bude Asih. Rara dan teman-teman pemulung nya belajar di rumah singgah yang diajarkan oleh Bu Alya (pengajar sukarelawan), setelah itu ia dan teman-temennya mengojek payung jika hari sedang mulai hujan.
Di tempat lain, di Perumahan mewah Kota Jakarta, Aldo seorang anak lelaki berusia 11 tahun yang sedikit mengalami keterbelakangan mental, ia sangat merindukan seorang teman di tengah keluarganya yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Ayahnya adalah pengusaha sukses, ibu nya selalu pergi, kakak nya merasa malu memiliki adik seperti Aldo. Hanya abagnya yang peduli dengan Aldo.
Suatu hari nenek Aldo datang, Nek Aisyah datang kerumah Aldo, Aldo merasa terhibur dengan kedatangan neneknya. Nek Aisyah sangat menyayangi Aldo. Di suatu sore, ketika Rara sedang mengojek payung dan tidak disengaja terserempet oleh mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab, akhirnya Aldo dan Rara menjadi sahabat, jarang sekali ada yang ingin berteman oleh Aldo karena ia memiliki kelainan, tetapi Rara sangat ingin berteman dengan Aldo.
Aldo sangat senang memiliki teman seperti Rara, karena Rara adalah teman yang baik untuk Aldo. Aldo senang bercerita apapun kepada Rara saat Aldo dihina, dikucilakan, dan pengasingan. Rara selalu memberikn semangat kepada Aldo untuk selalu percaya diri dan tidka bersedih. Rara membuat Aldo yakin bahwa apa yang dimiliki Aldo sangat berarti dari pada yang dimiliki oleh Rara. Rara pun menceritakan pada Aldo keinginanya bahwa ia ingin mempunyai jendela di rumahnya.
Ayah Rara tidak bisa membelikan jendela untuk Rara karena ia berpenghasilan minim. Rara mengaarkan kepada Aldo bahwa lewat impiannya bahwa kita harus berani bermimpi dan berharap walaupin diatas kekurangan yang kita miliki. Nek Aisyah senang Aldo memiliki teman seperti Rara. Suatu hari Aldo dan Nek Aisyah mengajak Rara dan teman-temannya bermain di rumah Aldo untuk berenang.
Teman-teman Rara sangat senang bermain di rumah Aldo karena rumahnya besar dan mewah. Tiba-tiba ibu Aldo datang dan memarahi Aldo karena telah mengajak anak-anak pemulung untuk berenang dirumahnya yang mewah itu. Setelah itu mereka pulang. Kakak Aldo akan merayakan ulang tahunya yang ke17 di sebuah gedung mewah di Jakarta. Kakak nya Aldo mengundang pacarnya untuk datang ke acara ultah nya tersebut.
Tanpa diketahui oleh kakak nya Aldo. Ternyata Aldo mengajak teman-teman pemulung nya itu untuk menari-nari bersama di panggung itu. Sontak, kakak nya Aldo lalu pergi menghampiri ibunya dan menangis. Acara pun menjadi riuh. Setelah acara selesai. Rara dan teman-teman nya pulang kembali ke perkampungan kumuh. Tenyata, perkampungan kumuh tempat Rara tinggal terjadi kebakaran, sementara di rumah Aldo semua panik mencari Aldo karena ia merasa kecewa setelah terang-terangan mendengar kakak nya merasa malu mempunyai adik seperti Aldo.
Aldo pergi kerumah Rara tetapi ia tidak bisa menemukan Rara. Saat itulah Aldo merasa sangat tidak berguna, merasa bahwa dirinya tidak berdaya. Ternyata ayah Rara meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Singkat cerita kakak nya Aldo meminta maaf kepada Aldo. Setelah Aldo mengetahui bahwa Ayah nya Rara meninggal,  saat itu Aldo memberikan kesempatan pada Rara untuk tinggal di rumahnya.
Sebelum terjadi kebakaran, ayahnya ternyata sudah membelikan sebuah jendela yang ditukar dengan ikan hias yang dijual oleh ayahnya. Tetapi Tuhan berkata lain Rara harus kehilangan ayahnya sekaligus rumahnya. Rara sudah diterima oleh keluarga Aldo. Begitu pun Aldo.

Sekian resensi dari buku ke empat yang saya baca. Bisa dilihat di blog saya. Ini alamat blog saya: delzibazahra.blogspot.com
Delziba Zahra
IX Quraish Shihab

Resensi buku 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar