BISSMILLAHIRRAHMANIRAHIM

Rumah
Tanpa Jendela (Asma Nadia)
Assalamu’alaikum
WR.WB ini adalah resensi buku
ke-4 yang saya baca dengan judul Rumah Tanpa Jendela karangan kak. Asma
Nadia. Buku ini terdiri dari 4 bab.
1.
Keterangan
buku:
·
Judul
buku: Rumah Tanpa Jendela
·
Penulis:
Asma Nadia
·
Penerbit: PT. Kompas Media Nusantara
·
Jumlah
halaman:
2.
Pemikiran
saya:
Saya sudah menonton film Rumah Tanpa Jendela di TV, saya sangat
suka dengan film nya karena mengarjakan kita arti bersyukur, dan menghormati
orang tua. Akhirnya saya mencoba membaca buku nya. Tidak ada banyak perbedaan
dari buku ke film.
3. Resensi:
Buku ini adalah buku ke karya Asma Nadia. Rara adalah gadis kecil
berusia 8 tahun, Rara sangat ingin mempunyai jendela di rumahnya yang kecil
berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung
tinggal di Menteng Pulo, Jakarta. Nenek tinggal dengan ayahnya dan juga si
Mbok. Si mbok adalah nenek Rara yang sudah sakit-sakitan dan ayahnya bernama
Raga yang berjualan ikan hias keliling yang didorongnya melalui gerobak,
ayahnya pun juga menjadi tukang sol sepatu.
Ayahnya sangat ingin membelikan Rara
sebuah jendela tapi ia tak memiliki jumlah uang yang cukup. Ayahnya hanya bisa
menggambarkan sebuah jendela dari tripleks bekas yang selau dilihat oleh Rara
di pagi hari. Rara juga punya Bude, yaitu Bude Asih. Rara dan teman-teman
pemulung nya belajar di rumah singgah yang diajarkan oleh Bu Alya (pengajar
sukarelawan), setelah itu ia dan teman-temennya mengojek payung jika hari
sedang mulai hujan.
Di tempat lain, di Perumahan mewah Kota
Jakarta, Aldo seorang anak lelaki berusia 11 tahun yang sedikit mengalami
keterbelakangan mental, ia sangat merindukan seorang teman di tengah
keluarganya yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Ayahnya adalah
pengusaha sukses, ibu nya selalu pergi, kakak nya merasa malu memiliki adik
seperti Aldo. Hanya abagnya yang peduli dengan Aldo.
Suatu hari nenek Aldo datang, Nek Aisyah
datang kerumah Aldo, Aldo merasa terhibur dengan kedatangan neneknya. Nek Aisyah
sangat menyayangi Aldo. Di suatu sore, ketika Rara sedang mengojek payung dan
tidak disengaja terserempet oleh mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab,
akhirnya Aldo dan Rara menjadi sahabat, jarang sekali ada yang ingin berteman
oleh Aldo karena ia memiliki kelainan, tetapi Rara sangat ingin berteman dengan
Aldo.
Aldo sangat senang memiliki teman seperti
Rara, karena Rara adalah teman yang baik untuk Aldo. Aldo senang bercerita
apapun kepada Rara saat Aldo dihina, dikucilakan, dan pengasingan. Rara selalu
memberikn semangat kepada Aldo untuk selalu percaya diri dan tidka bersedih.
Rara membuat Aldo yakin bahwa apa yang dimiliki Aldo sangat berarti dari pada
yang dimiliki oleh Rara. Rara pun menceritakan pada Aldo keinginanya bahwa ia
ingin mempunyai jendela di rumahnya.
Ayah Rara tidak bisa membelikan jendela
untuk Rara karena ia berpenghasilan minim. Rara mengaarkan kepada Aldo bahwa
lewat impiannya bahwa kita harus berani bermimpi dan berharap walaupin diatas
kekurangan yang kita miliki. Nek Aisyah senang Aldo memiliki teman seperti
Rara. Suatu hari Aldo dan Nek Aisyah mengajak Rara dan teman-temannya bermain
di rumah Aldo untuk berenang.
Teman-teman Rara sangat senang bermain di
rumah Aldo karena rumahnya besar dan mewah. Tiba-tiba ibu Aldo datang dan
memarahi Aldo karena telah mengajak anak-anak pemulung untuk berenang
dirumahnya yang mewah itu. Setelah itu mereka pulang. Kakak Aldo akan merayakan
ulang tahunya yang ke17 di sebuah gedung mewah di Jakarta. Kakak nya Aldo
mengundang pacarnya untuk datang ke acara ultah nya tersebut.
Tanpa diketahui oleh kakak nya Aldo.
Ternyata Aldo mengajak teman-teman pemulung nya itu untuk menari-nari bersama
di panggung itu. Sontak, kakak nya Aldo lalu pergi menghampiri ibunya dan
menangis. Acara pun menjadi riuh. Setelah acara selesai. Rara dan teman-teman
nya pulang kembali ke perkampungan kumuh. Tenyata, perkampungan kumuh tempat
Rara tinggal terjadi kebakaran, sementara di rumah Aldo semua panik mencari
Aldo karena ia merasa kecewa setelah terang-terangan mendengar kakak nya merasa
malu mempunyai adik seperti Aldo.
Aldo pergi kerumah Rara tetapi ia tidak
bisa menemukan Rara. Saat itulah Aldo merasa sangat tidak berguna, merasa bahwa
dirinya tidak berdaya. Ternyata ayah Rara meninggalkan dunia untuk
selama-lamanya. Singkat cerita kakak nya Aldo meminta maaf kepada Aldo. Setelah
Aldo mengetahui bahwa Ayah nya Rara meninggal,
saat itu Aldo memberikan kesempatan pada Rara untuk tinggal di rumahnya.
Sebelum terjadi kebakaran, ayahnya
ternyata sudah membelikan sebuah jendela yang ditukar dengan ikan hias yang
dijual oleh ayahnya. Tetapi Tuhan berkata lain Rara harus kehilangan ayahnya
sekaligus rumahnya. Rara sudah diterima oleh keluarga Aldo. Begitu pun Aldo.
Sekian resensi dari buku ke empat yang
saya baca. Bisa dilihat di blog saya. Ini alamat blog saya: delzibazahra.blogspot.com
Delziba Zahra
IX Quraish Shihab
Resensi
buku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar